BUDAYA
POSITIF
OLEH
: LUQMAN FARIQ
CGP
ANGKATAN 7 KABUPATEN BONDOWOSO
Zaman telah berubah, membangun kedisiplinan dengan
kekerasan yang belum lama dianggap sangat efektif dan baik. Banyak instansi masih
meyakini membangun kedisiplinan dengan cara kekerasan, banyak negara juga masih
menggunakannya.
Masuknya HAM dalam ruang public telah banyak merubah
pemahaman arti kedisiplinan. Disiplin Militeristik dianggap tidak sesuai dengan
keadaan zaman saat ini. Dimana dibutuhkan inovasi, kreatifitas cepat yang hanya
bisa terjadi jika ruang berfikir dan kebebasan dibuka seluas luasnya.
Dunia persekolahan/ ruang Pendidikan mendapat
perhatian serius dalam perubahan konsep pengajaran dan Pendidikan. Para ahli
dan praktisi banyak memiliki kesamaan akan pentingnya perubahan positif yang
humanistis dalam dunia Pendidikan.
Tidak terkecuali disekolah kami, kampanye tentang Pendidikan
ramah dan berkarakter terus digemakan dalam setiap kesempatan. Dalam upacara,
kegiatan kesiswaan dan pertemuan wali murid selalu di sampaikan pentingnya Pendidikan
karakter dan ramah. Penghargaan atas perbedaan dan Pendidikan yang
terdeferensiasi menjadi poin penting dalam setiap kegiatan. Membiasakan menghargai
perbedaan misalnya upacara hari tertentu memakai baju adat nasional, merupakan
sarana untuk menghargai budaya lain. Buliying dan peringkat kelas di hilangkan
juga demi terjaganya nuansa keramahan dan hilangnya sekat sekat perbedaan.
Kegiatan aksi nyata lainnya yang sejalan dengan
visi sekolah adalah mengajak siswa untuk mempunyai kepedulian dan empati
terhadap sesama dan juga lingkungan sekitar. Hal ini sejalan dengan visi
sekolah yaitu menjadi lembaga pendidikan yang aman dan nyaman. Saat ini
fenomena bullying menjadi satu permasalahan yang perlu untuk mendapatkan
penanganan yang maksimal. Bullying bisa dicegah dengan seringnya
memberikan pendampingan dan pemahaman tentang arti peduli dan empati pada
sesama. Sekolah yang aman akan memberikan rasa keamanan kepada semua warganya.
Tidak akan ditemukan siswa yang drop out karena kasus pembulian ataupun karena
perlakuan guru atau warga sekolah yang merugikan. Suasana aman akan berdampak
baik pada proses pembelajaran yang berlangsung, sehingga diharapkan setiap
murid menemukan qodratnya masing masing.
Aksi nyata lain
selain praktek berbudaya positif juga menyebarkannya dalam masyarakat, lewat
media sosial dan penyiaran potcast dengan narasumber yang berkaitan dengan tema
budaya positif tertentu, misalnya kerajinan, kebersihan, antri, hormat pada
guru, hormat pada peraturan. Pelestarian alam berkelanjutan juga sering
menjaadi tema dalam diskusi dan sosialisasi. Lingkungan yang bersih dan rindang
akan memberikan kenyamanan. Pentingnya menjaga kebersihan lingkungan menjadi
sebuah isu yang perlu juga untuk kami angkat mengingat lingkungan juga memegang
peran penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Aksi nyata kami mengajak
para siswa untuk senantiasa menjaga kebersihan kelas dan selanjutnya membersihkan
lingkungan sekolah demi terwujudnya pelestarian yang berkelanjutan.
Keyakinan kelas yang dulu kami menyebutkan
kontrak kelas, merupakan langkah wajib setiap guru diawal pembelajaran. Langkah
tersebut diyakini mampu menghambat siswa bermasalah meneruskan kenakalannya,
karena akan terhambat dengan tulisan tujuan sendiri di keyakinan kelas yang
dibuatnya bersama dahulu.
Dalam pemberitahuan kami kepada rekan guru, proses
penanganan siswa bermasalah memiliki cara baru. Kami menyampaikan beberapa poin
penting terkait penerapan budaya positif diantara: Disiplin positif dan nilai
kebajikan universal, Teori motivasi, hukuman penghargaan dan restitusi,
Keyakinan Kelas, Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas, Lima posisi
kontrol, dan Segitiga Restitusi. Kami memberikan contoh yang mereka semua
sangat penasaran dan ingin mencoba menerapkannya.
a. Disiplin positif dan nilai
kebajikan universal
Budaya positif merupakan sebuah langkah yang bisa
dilakukan untuk memulai sebuah perubahan menuju kearah yang lebih baik. Budaya
positif bisa dimulai dari disiplin positif. Ketika kita mendengar kata disiplin
yang terbayang dalam benak kita pastilah sesuatu yang terkait dengan
ketidaknyaman. Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, untuk mencapai kemerdekaan
atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang
merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud
disini adalah disiplin diri, yaitu bagaimana kita memilii motivasi internal
untuk menghargai diri kita sendiri dengan melakukan hal hal yang positif dan
mengandung nilai kebaikan tanpa ada paksaan dari orang
lain. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya
menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan
bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana
cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan
yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.
b. Teori motivasi,
hukuman konsekuensi dan restitusi
Dalam teori
motivasi mengutip dari Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School
Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:
1. Untuk
menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
2. Untuk
mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
3. Untuk
menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan
nilai-nilai yang mereka percaya.
Dari ketiga motivasi tersebut, motivasi yang nomer 3
yang termasuk dalam tingkatan yang paling tinggi, dimana individu akan
melakukan sebuah Tindakan karena didasari oleh keinginan yang muncul dalam
diri.
Hukuman merupakan
tindak lanjut sebuah perilaku yang diberikan yang sifatnya paksaan,
menyakitkan,memberik an dampak negatif, tidak memberikan kesempatan anak
belajar memperbaiki dirinya.
Konsekuensi
merupakan tindak lanjut sebuah perilaku yang diberikan yang sifatnya karena ada
kesepakatan dari sebuah peraturan, sehingga anak "tergantung " dengan
peraturan
Restitusi merupakan
tindak lanjut sebuah perilaku anak yang memberikan ruang/ tawaran kepada anak
untuk memperbaiki kesalahannya, kembali kepada kelompoknya dengan karakter yang
lebih kuat.
c. Keyakinan Kelas
Keyakinan kelas adalah suatu paradigma yang
mendasarkan hati nurani dan akal kita pada nilai - nilai kebajikan universal
yang kita percaya dan ingin kita kembangkan dalam diri kita. Keyakinan kelas
ini yang lebih luas cakupannya daripada peraturan kelas dan memotivasi anak
dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan
keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis
tanpa makna.
Keyakinan kelas bersifat lebih ‘ abstrak’ daripada
peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. Keyakinan kelas berupa
pernyataan-pernyataan universal. Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat
dalam bentuk positif. Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga
mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas. Keyakinan kelas sebaiknya
sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. Semua warga kelas
hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan
curah pendapat. Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu
d. Kebutuhan dasar manusia dan
dunia berkualitas
Perilaku anak dimotivasi oleh keinginan mereka untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka. Terdapat lima kebutuhan dasar manusia, yaitu:
Kebutuhan bertahan hidup (survival), Kebutuhan untuk merasa diterima (kasih
sayang), Kebutuhan penguasaan (pengakuan atas kemampuan), Kebutuhan akan kebebasan
(pilihan), Kebutuhan akan kesenangan (joy).
e. Lima posisi control
Dalam menjalankan posisi kita sebagai pendidik
khususnya dalam membangun budaya positif di sekolah, guru bisa berposisi dalam
lima posisi kontrol berikut: Penghukum,,Pembuat merasa bersalah ,Teman,
Pemantau Manager.
f. Segitiga Restitusi
Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi
bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004 dalam
Kemendikbudristek Modul GP 1.4). Restitusi merupakan sebuah proses dialog yang
dijalankan oleh guru atau orang tua agar dapat menghasilkan murid yang mandiri
dan bertanggungjawab. Proses restitusi dilaksanakan meliputi 3 rangkaian
tahapan yaitu :
1) Menstabilkan Identitas
(Stabilize the Identity) dimana tahapan ini merupakan bagian dasar dari
segitiga restitusi yang mana bertujuan untuk mengubah identitas anak dari
seorang indovidu yang merasagagal menjadi individu sukses. Pada tahapan ini
kita berusaha untuk memahami posisi anak yang melakukan kesalahan dimana
sebenarnya mereka bertujuan memenuhi kebutuhan dasarnya akan tetapi mengalami
sebuah benturan dengan aturan yang berlaku.
2) Validasi Tindakan yang Salah
dimana tahapan ini kita berusaha untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar
seorang anak dengan cara merubah cara pandang kita dari stumulus response ke
cara berpikir proaktif yaitu dengan memahai bahwa setiap tindakan yang
dilakukan oleh seorang individu pasti ada tujuannya. Dengan demikia maka kita
akan mudah untuk menghakimi setiap tindakan yang menurut kita sudah menyalahi
aturan yang berlaku, sehingga anak akan merasa bahwa mereka dipahami posisinya
dan terpenuhi kebutuhan dasarnya.
3) Menanyakan Keyakinan dimana
pada tahapan ini guru akan memberikan kesempatan keoada siswa untuk meningat
Kembali keyakinan yang mereka Yakini terkait dengan nilai-nilai kebijakan
universal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku
yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan
dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia
inginkan.
0 comments:
Posting Komentar